Trauma Support Mobility Penyintas Tragedi Kanjuruhan

Sabtu, 08 Oktober 2022 06:39 WIB   Fakultas Psikologi

Tragedi Kanjuruhan masih menyimpan pilu yang mendalam bagi warga Indonesia. Tak hentinya lantunan doa dan ucapan belasungkawa terus melayang. Dari adanya peristiwa ini,banyak hal yang mendapatkan dampak terutama pada duka mendalam bagi mereka yang ditinggalkan ataupun yang mengalami langsung kejadian tersebut. Untuk itu, adanya gagasan mengenai trauma support mobilty, mampu membantu untuk menemani, mendampingi, serta mendengarkan uraian permasalahan yang sedang dialami oleh penyintas. Yang mana, sebelumnya telah dibentuk tim koordinasi yang merupakan satu kesatuan dari kampus UMM, untuk bersama-sama mengatasi permasalahan penyintas, dilakukan bersama dengan Menteri Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) RI Prof. Dr. Muhadjir Effendy M. A. P. yang terlaksana di teater dome UMM.

Hal ini serupa dengan visi yang digaungkan oleh fakultas Psikologi, “applying psychology, wellfaring humanity” yang akan terus mengaplikasian ilmu psikologi dalam mencapai kestabilan manusia yang baik. Menurut kesaksian dari Dekan Fakultas Psikologi, Muhamad Salis Yuniardi, S.Psi., M.Psi., PhD. Pendampingan ini, terbagi menjadi dua kluster korban, (1) korban ditinggalkan orang tersayang (tahapan griefing), dan (2) korban yang langsung mengalami kejadian tersebut. Oleh karenanya, hal ini patutnya harus diperhatikan secara mendetail dan mendalam, terkait penyelesaian penanganan kasus ini. Untuk pelaksanaan pun, diperkirakan sesuai dengan kondisi yang ditinjau dari kondisi terkini korban. Oleh sebab itu, pelaksanaan posko trauma support mobility ini, dibuka sampai dengan akhir Oktober.

Bentuk layanan yang diberikan yakni berupa, (1) hotline. Dimana para penyintas dapat langsung menghubungi no. Hotline yang sudah tertera di beberapa pamflet yang sudah tersedia. (2) Posko pelayanan UMM. Posko pelayanan ini, para penyintas dapat langsung hadir, yang berlokasi di aula Masjid Ar-fachrudin lantai 2. (3) home visit. Jika penyintas belum bisa ‘tuk hadir secara langsung ke posko pelayanan yang tersedia fi UMM, mereka masih bisa dilakukan dengan cara home visit. Dimana, penyelenggara dan panitia yang akan mendampingi dan mendatangi rumah korban. Pelaksanaan kegiataan ini pun tidak hanya melibatkan psikolog saja, melainkan banyak pihak yang terlibat. Gerakan trauma support mobility juga diisi oleh tim dari save the children, Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Kab. Malang, HIMPSI Malang, MDMC, Maharesigana, Universitas Merdeka, UIN Maulana Malik Ibrahim, Universitas Brawijaya, dan sederet lainnya. Pelaksanaan ini juga berkolaborasi bersama dengan tim Aremania Kampus Putih untuk terus memperbaharui pendataan jumlah korban yang masuk.

Shared: