Mengintip Kesiapan Implementasi Kebijakan Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) di Fakultas Psikologi UMM

Jum'at, 08 Januari 2021 13:40 WIB   Fakultas Psikologi

Kebijakan Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) dari Kementerian Pendidikan sedang digalakkan seantero Nusantara. Ada beberapa hal yang ditekankan dalam kebijakan ini, yaitu otonomisasi dan fleksibilitas paradigma pendidikan, serta stimulasi budaya belajar yang lebih inovatif. Secara teknis, program MBKM mewajibkan perguruan tinggi untuk memberikan (1) hak bagi mahasiswa dalam  mengambil kegiatan pembelajaran di luar perguruan tinggi paling lama sebanyak dua semester atau setara dengan 40 SKS; (2) ditambah lagi, mahasiswa dapat mengambil SKS di prodi yang berbeda pada PT yang sama sebanyak 1 semester atau setara dengan 20 sks. Terdapat delapan skema pembelajaran yang dapat diambil dalam program MBKM, yaitu magang, proyek di desa, mengajar di sekolah, pertukaran mahasiswa, penelitian, kewirausahaan, proyek independen, serta proyek kemanusiaan.

Menyikapi hal tersebut, saat dihubungi di ruang kerjanya, Jumat (8/1), Wakil Dekan bidang akademik Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang, Diana Savitri Hidayati, M.Psi,  mengakui sebelum adanya kebijakan tersebut pada dasarnya skema pembelajaran di fakultas sudah mengarah kesana. “Skema pembelajaran seperti magang sudah dijalankan mahasiswa psikologi melalui mata kuliah aplikasi psikologi dalam lingkup industri, pendidikan, bahkan hingga ke komunitas. Termasuk proyek kemanusiaan, misalnya, seringkali kami mengirimkan mahasiswa psikologi untuk respon bencana di berbagai tempat, dan setelah mereka pulang laporan aktivitas mereka diekuivalensikan dengan mata kuliah yang relevan learning outcome-nya. Pada contoh lain, tugas akhir mahasiswa tidak melulu membuat skripsi, tapi menghasilkan karya dan prestasi yang aplikatif serta bernilai manfaat tinggi untuk khalayak juga dapat dikonversi. Itu sudah cukup lama dijalankan oleh fakultas ”, tuturnya.  

Meski demikian, perempuan yang akrab disapa Didi ini juga mengungkapkan bahwa fakultas psikologi memang masih perlu mematangkan yang selama ini sudah dijalankan, seperti melakukan talent mapping pada mahasiswa dimana hasilnya dijadikan dasar dalam pengambilan skema MBKM oleh mahasiswa yang bersangkutan, serta membangun dan mengembangkan jejaring untuk pelaksanaan program MBKM mahasiswa. Termasuk mengajak mitra industri UMKM untuk mengajar atau mengisi kegiatan-kegiatan kewirausahaan di kampus. “Apalagi UMM tergabung dalam NUNI (Nationwide University Network in Indonesia) yang bisa saling berkolaborasi dengan kampus lain untuk program ini, juga ada Asosiasi Psikologi Perguruan Tinggi Muhammadiyah (APSIPTM), setelah ini kita akan membentuk dosen penggerak yang berfungsi sebagai fasilitator, motivator, mentor, dan dinamisator dalam pelaksanaan MBKM di Fakultas", pungkasnya.     

Sementara, dekan Fakultas Psikologi UMM, M. Salis Yuniardi PhD, menambahkan kesiapan fakultas sudah mencapai 80% untuk program tersebut dan akan diberlakukan secara formal mulai semester depan.  Ia menambahkan bahwa orientasi program MBKM yang dijalankan tentu tidak sekedar menjadikan keilmuan psikologi itu hanya untuk bernarasi, tetapi mengaplikasikan psikologi untuk menyejahterakan manusia. “Jadi unsur humanis dan well-being itu yang akan jadi karakter program MBKM di Fakultas Psikologi UMM”, terang Salis.

Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang sangat berpotensi memformulasi dan menghadirkan model kampus merdeka yang dibutuhkan zaman namun tetap mengakar pada moralitas. Pengalaman Muhammadiyah mengharmonisasikan pendidikan modern dan pendidikan agama selama bertahun-tahun akan menjadi modalitas penting untuk mentransformasi keterampilan dan mendobrak segregasi ilmu pengetahuan. Itulah pembelajaran yang memerdekakan.  (fth)

Shared: