Kolaborasi dengan Walikota Batu dan Pengusaha, LPT PIBK Fakultas Psikologi UMM Siapkan Individu Berkebutuhan Khusus Layak Kerja

Senin, 14 Juni 2021 03:36 WIB   Fakultas Psikologi

 

Sabtu (12/6) LPT PIBK (Pengembangan Individu Berkebutuhan Khusus) Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang melaksanakan seminar nasional untuk menyikapi fenomena individu berkebutuhan khusus yang perlu mendapatkan perhatian agar lebih mandiri, sehingga memperoleh akses untuk bekerja, dan hidup yang layak.

Dalam sambutannya, dekan Fakultas Psikologi UMM, Muhammad Salis Yuniardi, PhD, memberikan pengantar seputar kisah anak romawi yang membantu sekitarnya yang mengalami kegagalan, keterlantaran dan yatim piatu. “dari kisah tersebut, marilah kita berkontribusi dan bekerja sama antara pengusaha sekitar Malang untuk membantu individu berkebutuhan khusus agar  mendapatkan pekerjaan yang layak”, imbuh Salis.  

Seminar nasional yang dihadiri kurang lebih 100 peserta via zoom meeting ini diawali oleh materi pertama oleh Dr. Tulus Winarsunu M.Si. Beliau mengawali materinya dengan tema “Menyiapkan masa transisi untuk menghadapi kehidupan setelah sekolah dan dunia kerja bagi siswa berkebutuhan khusus”. Tulus memaparkan sebuah riset tentang gejolak individu berkebutuhan khusus di musim pandemi covid 19. Hasilnya menemukan bahwa covid 19 memunculkan kerugian  bagi individu berkebutuhan khusus yang semakin mengalami gangguan double disadvantage. Sedikit keuntungan dari covid 19 yang dirasakan individu berkebutuhan khusus adalah mudahnya pemantauan karena diam dirumah, tetapi sejauh ini masalah yang terjadi  jauh lebih besar daripada keuntungan. Masalah lainnya adalah terjadi perubahan mood hingga penurunan kesejahteraan pada individu berkebutuhan khusus yang dinamakan gangguan worse mental well-being.

“Banyak kegiatan rutin di sekolah menjadi sudah terbiasa tidak dilakukan atau lose of progress and skills; berkurangnya teman mengakibatkan kurang munculnya keakraban, empati, dll atau disebut increased social isolation; tidak terkontrolnya makanan dan gaya hidup berlebihan serta ketidakjelasan seseorang tentang masa depannya atau physical deterioration and ucertain futures, terangnya. Ia menambahkan pentingnya peran sekolah dalam menyiapkan siswa memasuki dunia kerja. Oleh karena itu, diperlukan ada peran sekolah untuk anak dalam memasuki dunia kerja. Beberapa hal yang dapat dilakukan adalah menyediakan layanan transisi dan bimbingan karir untuk siswa berkebutuhan khusus, serta peran orangtua dalam mengadvokasi karir anak mereka.

Selanjutnya, Mike Ragnar, memberikan pemaparan testimoni pelaku usaha yang mempekerjakan individu berkebutuhan khusus di Malang. Ia menyampaikan individu berkebutuhan khusus yang bekerja dengannya antara lain adalah tuna grahita berat dan ringan , tuli, dan beberapa individu berkebutuhan khusus lainnya. Selama musim pandemi covid 19 Mike merasa Allah mendatangkan ujian kepadanya dengan adanya disabilitas yang melamar pekerjaan di kedai buto 27, kedai yang dirintisnya sejak lama. Hingga saat ini Ia sudah bisa berlatih untuk memberi pengertian bahwa disabilitas ini sebenarnya bisa bekerja hanya tetapi kami perlu bekerja ekstra. Banyak peluang untuk mereka tapi kita harus telaten. Kedai buto sejak 2015 sudah mulai membuka lowongan untuk disabilitas. 3-6 bulan untuk memberikan pengertian kemudian baru bisa diberi perintah.

“Dulu sebelum covid19 kedai buto sempat menerima training anak disabilitas, tetapi semenjak ada pembatasan semua terhenti dan ada beberapa pekerja diberhentikan. Saat ini yang terpenting adalah kualitas bukan kuantitasnya. Keinginan saya adalah untuk masa depan mereka tentang tanggungjawab atas hidupnya. Tiap IBK perlakuannya beda. Cita-cita saya adalah mempekerjakan para individu berkebutuhan khusus di garda depan. Saya mempersiapkan mereka untuk belajar menulis dan segala macamnya”, jelas Mike.

Sementara narasumber lainnya, Dra. Dewanti Rumpoko, M.Si yang juga selaku Wali Kota Batu turut andil menyampaikan materi bertemakan “Peluang berkarir bagi peserta didik berkebutuhan khusus dan kompetensi yang perlu dikembangkan”. Sebagai walikota, Ia mengaku seringkali memberikan kesempatan bekerja bagi disabilitas dalam sektor pemerintahan.

Apapun keterbatasan mereka, yang bisa membuka pintu peluang sebenarnya adalah orang tua. Orang tua bukan hanya sense of belonging tetapi juga harus membuat anak bisa dan mau percaya diri. “yang dibutuhkan penyandang disabilitas bukan belas kasih atau fasilitas yang mengkhususkan melainkan dukungan pemerintah dengan memberi kesempatan yang sama, mari kita dorong untuk pemerintah kota utamanya, ketika ada pengusaha untuk membuka usaha jika merekrut 100-an karyawan harus ada yang berkebutuhan khusus, tegasnya.

Sebenarnya orang-orang di sekitar memiliki empati yang sangat besar terhadap disabiltas. “Marilah kita membuat sebuah dorongan menjalin kerja sama antar pengusaha, pemerintah, dan instansi untuk memberikan lapangan usaha dan memfasilitasi tempat yang layak bagi individu berkebutuhan khusus sehingga mereka bisa berdikari. Saya tunggu tindak lanjut dari acara ini dalam bentuk program nyata”, pungkas beliau. (izz/fth)

Shared: