Kolaborasi dengan HIMPSI Malang, LPT Psikososial Fakultas Psikologi UMM Tinjau Lokasi Gempa di Kab. Malang

Kamis, 15 April 2021 11:07 WIB   Fakultas Psikologi

Merespon gempa berkekuatan 6.7 SR yang mengguncang Malang Raya dan sekitarnya, Rabu (14/4) Laboratorium Psikologi Terapan (LPT) Psikososial Universitas Muhammadiyah Malang berkolaborasi dengan himpunan psikologi Indonesia (HIMPSI) wilayah Malang kunjungi lokasi gempa. Tepatnya, di desa Wirotaman, kecamatan Ampelgading, kabupaten Malang. Data yang diperoleh dari Koramil Ampelgading memang menyebutkan lokasi tersebut menjadi wilayah yang paling terdampak di Kecamatan Ampelgading dengan total 326 jumlah kerusakan bangunan, 4 orang luka-luka, serta 1 orang meninggal dunia.

Saat dikonfirmasi, relawan dari Himpsi Malang, Nirma Yullidya, M.Psi, Psikolog, mengungkapkan akan mendalami dulu kondisi psikologis korban gempa di lokasi. “Tentu kita perlu dasar dulu melalui proses asesmen untuk melakukan intervensi, memeriksa apakah ada trauma atau tidak. Setelahnya, baru menyusun program sesuai dengan kebutuhan para penyintas”, ungkap Nirma. Tim gabungan dari LPT Psikososial dan Himpsi Malang yang berjumlah delapan orang diturunkan dengan misi melakukan asesmen kebutuhan psikologis, dukungan psikososial awal terhadap korban gempa, dan memberikan sejumlah bantuan logistik.

Ketika dimintai keterangan terkait hasil asesmen yang telah dilakukan, koordinator LPT Psikososial UMM, Muhammad Fath Mashuri, S.Psi., M.A, menuturkan bahwa secara demografi para penyintas di desa Wirotaman didominasi oleh individu lanjut usia (lansia) dimana anak-anak mereka banyak yang merantau ke daerah lain. Sehingga, kondisi fisik dan kesehatan mereka yang tinggal di tenda pengungsian dalam jangka waktu yang belum diketahui juga menjadi kekhawatiran tersendiri. “Iya memang menjadi kekhawatiran yaa. Banyak lansia disini, sebagian besar pemuda di desa ini (anak-anak mereka) merantau di kota lain. Dalam kondisi inipun, para penyintas juga menolak diajak tinggal untuk sementara waktu di rumah keluarganya”, tutur Fath. Sementara secara psikologis, Fath mengungkapkan bahwa belum ada gejala traumatik yang ditemui pada diri penyintas, sehingga trauma healing tentu belum diperlukan. “Meski demikian tim kami akan menyiapkan program lanjutan dari hasil asesmen hari ini, yaitu membantu meningkatkan resiliensi dan optimisme pasca gempa. Mungkin pekan depan, sebab saat ini para penyintas masih fokus pada kebutuhan biologis dasar”, pungkasnya. (izz) 

Shared: