Gelar Konferensi ICEduPsy, UMM Bahas Pengembangan Berkelanjutan di Bidang Pendidikan dan Kesehatan Mental

Senin, 14 Juni 2021 08:23 WIB   Fakultas Psikologi

 

Sabtu, (12/6), untuk pertama kalinya kolaborasi tiga fakultas di Universitas Muhammadiyah Malang (Psikologi, Agama Islam, serta Keguruan dan Ilmu Pendidikan) melaksanakan konferensi internasional bertajuk “ICEduPsy”, International Conference on Education and Psychology. Beberapa pakar dari Universitas Muhammadiyah Malang, Universitas Fatoni dari Thailand, Universitas Malaya Kuala Lumpur-Malaysia turut andil dalam membahas dan mempromosikan pengembangan berkelanjutan di bidang pendidikan dan psikologi.

Acara ini dilangsungkan secara blended (bauran) dengan mempertimbangkan protokol kesehatan yang ketat bagi peserta luring. Dalam sambutannya, Ketua Panitia ICEduPsy, Dr. Atok Miftachul Huda, M. Pd, mengucapkan terimakasih kepada para peserta konferensi yang telah hadir secara daring dari berbagai negara seperti Australia, Canada, German, Mesir dan lainnya. Sementara, Wakil Rektor bidang Akademik UMM, Prof. Dr. Syamsul Arifin, M. Si, yang bertindak sebagai keynote speaker menyebutkan bahwa tantangan yang dihadapi Muhammadiyah ini lebih kompleks dibandingkan periode sebelumnya. “Dalam bidang Pendidikan yang dirintis Muhammadiyah ini menjadi saluran mobilitas vertikal, terbukti dengan banyaknya tokoh nasional dari Lembaga Pendidikan Muhammadiyah. Oleh karena itu Muhammadiyah harus memegang peran penting dalam memoderasi pengembangan berkelanjutan di bidang pendidikan dan kesehatan mental”, tuturnya.

Selebihnya, Ia menambahkan bahwa pendidikan dimaknai sebagai investasi jangka panjang, siapapun dapat menambah ilmu hanya dengan “talaqqi” atau tatap muka dengan internet terutama bagi generasi milenial. Berdasarkan hal tersebut terdapat empat hal esensial yang harus dipertimbangan, seperti input, proses, output dan hasilnya ialah muara Pendidikan. Tak berhenti disitu, pendidikan juga harus berujung pada perilaku yang beradab, sehingga manusia tak lemah dalam kecerdasan emosional. Hal tersebut dirasa penting untuk memperkuat hubungan manusia dengan manusia dan juga dengan Tuhan agar manusia mendapatkan kebahagiaan yang Hakiki, terang Prof. Syamsul.

Narasumber kedua, Prof. Dr. Datuk Ahmad Hidayat Buang., PhD dari Universitas Malaya, Kuala Lumpur-Malaysia juga mempromosikan pembangunan berkelanjutan melalui pendidikan berbasis pengetahuan dan inovatif dalam Perspektif Islam. Beliau dalam penjelasannya mengistilahkan bahwa manusia pada dasarnya serakah dan merusak, efek dari sifat buruk manusia dapat menyebabkan krisis sosial, perang, perbudakan, krisis ekonomi, kemiskinan/kelaparan, pandemi, penyakit bahkan polusi. Terdapat 6 kategori yang perlu dikembangkan secara berkelanjutan, seperti kebutuhan utama manusia, pengembangan manusia, ekonomi, kondisi kehidupan, ekosistem dan hak asasi manusia. Menurutnya, hal ini harus menjadi perhatian, agar sifat buruk dan keserakahan manusia tidak berdampak pada masa depan. Dibutuhkannya pembangunan berkelanjutan yang harus mampu memenuhi kebutuhan saat ini tanpa harus mengorbankan kemampuan generasi mendatang untuk memenuhi kebutuhan mereka sendiri sekaligus agar generasi sekarang dapat mempertimbangkan kebaikan pada generasi selanjutnya. “Sebagai manusia hendaknya harus bertanggung jawab dengan cara berbagi, peduli, melindungi, menyeimbangkan, serta melestarikan apa yang sudah dimilliki” ujarnya.

Assoc. Prof. Dr. Phaosan Jahwae dari Universitas Fatoni, Thailand juga ikut andil dalam menyuarakan pentingnya pembangunan berkelanjutan dalam bidang Pendidikan. Ia melihat latar belakang negara Thailand yang hanya mengamalkan monolanguage system yakni hanya menggunakan satu bahasa saja (Thai), membuat para pelajar begitu lemah dalam bahasa asing. Hal itu menarik perhatiannya untuk membentuk QAiMt Model for Students in the Patani Shouthern Thailand 4. 0 Era. QAiMt model ini menggabungkan Alquran, Hadis, Aqidah, Fiqih, Sejarah Nabi, Akhlak, Bahasa Arab dan Melayu. Pengaplikasian model QAiMt ini lebih menarik perhatian para pelajar karena didalamnya terdapat teknologi tertentu serta adanya nyanyian yang menarik minat pelajar.

Selanjutnya, Muhammad Salis Yuniardi, S. Psi., M. Psi., PhD selaku Dekan Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang yang juga bertindak sebagai pembicara dalam konferensi ini  memaparkan pembangunan berkelanjutan dalam bidang kesehatan menta. Ia membahas mengenai Intolerance of Uncertainty yakni bagaimana kognitif manusia menanggapi sesuatu yang tidak pasti. Ia menyatakan dalam seminarnya bahwa variabel tersebut pada indikator kesehatan mental seseorang, mampu memprediksi performa kerja. Salis juga membahas bagaimana IU (Intolerance of Uncertainty) mengambil peran dalam recovery kesehatan mental masyarakat Indonesia di masa pandemi. (fs/fth)

Shared: