Pada tanggal 3 Oktober 2024, Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) menjadi tuan rumah UMM Autism Summit 2024, sebuah acara yang dirancang untuk meningkatkan kesadaran, pemahaman, dan dukungan terhadap individu dengan autisme dalam masyarakat. Acara ini akan dipandu oleh moderator Baiq Nanda dan menampilkan talkshow dengan tiga pembicara ahli yang memiliki pengalaman dan pengetahuan mendalam di bidang autisme.
Pembicara pertama adalah Dr. Cahyaning Suryaningrum, dosen Fakultas Psikologi UMM. Dalam sesi talkshow-nya, Dr. Cahyaning akan membahas pentingnya dukungan psikologis bagi anak-anak dengan autisme. Ia menekankan bahwa anak-anak ini sering kali menghadapi tantangan yang berat, baik dari dalam diri mereka sendiri maupun dari lingkungan sekitar. “Anak-anak dengan autisme berjuang untuk beradaptasi dan berkembang dalam lingkungan yang sering kali tidak memahami mereka,” ujarnya. Ia menyerukan perlunya menciptakan ruang yang sama bagi semua anak untuk tumbuh dan berkembang, tanpa menganggap mereka sebagai minoritas. Menurut Dr. Cahyaning, dukungan dari masyarakat sangat krusial untuk membantu anak-anak ini mencapai potensi penuh mereka.
Nina Rukmina Dewi, seorang orang tua dari anak penyandang autisme dan konselor pendidikan, akan berbagi pengalaman pribadinya dalam menghadapi tantangan sebagai orang tua. Ia menjelaskan pentingnya untuk tidak panik ketika menghadapi situasi sulit dan selalu mencari solusi terbaik untuk anak-anak. “Ketika kita diamanahi untuk memiliki anak berkebutuhan khusus, kita harus menjadi istimewa dalam kerja keras dan pembelajaran,” ungkap Nina. Ia juga menekankan bahwa penerimaan terhadap keunikan anak sangat penting agar mereka merasa nyaman dan diterima. “Jika orang tua hanya bersikap biasa-biasa saja, segala keistimewaan anak bisa menjadi masalah baru yang lebih kompleks,” tambahnya. Nina berharap bahwa melalui pengalaman dan pembelajaran yang didapat, orang tua lainnya dapat menemukan cara terbaik untuk mendukung anak mereka.
Sesi terakhir akan diisi oleh Bayu Dwito Wicaksono, S.T., seorang profesional yang baru terdiagnosa autisme pada usia 30 tahun dan kini bekerja di lingkungan yang inklusif. Dalam diskusinya, Bayu akan menyampaikan pandangannya tentang pentingnya menyuarakan kesadaran autisme di lingkungan terdekat dan media sosial. “Inklusivitas berarti melibatkan semua orang dan mendengarkan kebutuhan individu. Kita harus membuat orang-orang di sekitar kita memahami bahwa setiap individu, terlepas dari diagnosis mereka, memiliki hak untuk diterima dan dihargai,” jelas Bayu. Ia juga menekankan pentingnya menciptakan ruang yang aman dan inklusif di lingkungan pendidikan dan tempat kerja, agar semua orang dapat berkontribusi tanpa merasa terpinggirkan.
Dr. Cahyaning juga akan menyoroti bahwa setiap respon yang diberikan oleh anak-anak dengan autisme harus dihargai. “Dukungan harus datang dari keluarga, teman, dan masyarakat luas. Kita harus belajar untuk menerima dan mencintai anak-anak berkebutuhan khusus, karena mereka juga berjuang untuk menemukan tempat mereka di dunia ini,” katanya. Ia berharap bahwa summit ini dapat membangun kesadaran di kalangan masyarakat bahwa setiap anak, terlepas dari kondisi mereka, memiliki hak untuk mendapatkan perhatian dan dukungan yang sama.
UMM Autism Summit 2024 diharapkan menjadi platform yang efektif untuk meningkatkan pemahaman dan dukungan terhadap individu dengan autisme. Melalui kolaborasi antara orang tua, pendidik, dan masyarakat umum, acara ini bertujuan untuk mendorong masyarakat agar lebih inklusif dan peduli terhadap keberagaman. Diharapkan, setelah mengikuti summit ini, peserta tidak hanya mendapatkan pemahaman yang lebih baik tentang autisme, tetapi juga dapat membawa pulang pengetahuan dan strategi yang dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari untuk menciptakan lingkungan yang lebih ramah bagi anak-anak berkebutuhan khusus.
Dengan berbagai kegiatan dan diskusi yang menarik, UMM Autism Summit 2024 diharapkan dapat memberikan dampak positif, tidak hanya bagi peserta, tetapi juga untuk komunitas yang lebih luas. Acara ini merupakan langkah penting dalam menciptakan kesadaran dan pemahaman yang lebih baik tentang autisme, serta membangun jembatan antara individu dengan autisme dan masyarakat.