Lepas 13 Mahasiswa ke Luar Negeri, Ikuti Program International Credit Transfer.-psikologi umm

20 Oktober 2022, tibalah Syifa dan rombongan lainnya di Bandar Udara Istanbul Atatürk, Turki. Mimpi yang digantungkan dari mereka untuk terus melanjutkan pendidikan di negeri seberang, akhirnya terbayarkan. Setelah pelbagai haluan rintangan dihadapi, serta adanya dukungan dari orang sekitar, membuahkan hasil yang memuaskan. Syifa Cahya Ramdhati, yang acapkali disapa Syifa merupakan salah satu dari 13 mahasiswa yang berangkat meluncur ke luar negeri untuk mengikuti program international credit transfer. Ia merupakan mahasiswa Psikologi angkatan tahun 2020 yang tergabung dalam program kelas internasional. Syifa dan ke-12 temannya, terbagi menjadi dua kelompok yang terbang ke negara berbeda. Syifa sendiri beserta 3 teman lainnya, berangkat ke Turki (Kadir Has University) sedangkan 9 teman lainnya berangkat ke Malaysia (Management & Science University [MSU]).

Program ini disebut dengan international credit transfer. Dimana secara garis besar program ini memberikan kesempatan kepada para mahasiswa/I Psikologi UMM terutama mereka yang terjaring dalam program kelas internasional, untuk menjalankan kuliah selama satu semester di negara tertentu yang mana pada akhirnya, nilai yang diperoleh akan diakumulasikan kembali saat tiba di Indonesia, serta setelah program ini selesai, mereka hanya tinggal melanjutkan semester selanjutnya di UMM. Akomodasi dari pelaksanaan program ini merupakan self funded yang meliputi (biaya hidup, flight ticket, visa, dll). Sedangkan untuk biaya pendidikan, sudah termasuk dengan SPP yang telah dibayarkan oleh mereka di tiap semester nya.

Bukan suatu hal yang tidak mungkin bagi dirinya dan teman-teman untuk bisa terbang ke Turki sebagai mahasiswa pertukaran. Seperti yang sudah disebut di awal, banyak hal dan rintangan yang telah dilakui Syifa dan teman-teman. Salah satunya persiapan sebelum berangkat, ada banyak berkas dan dokumen administrasi yang harus dilengkapi dengan senggang waktu yang cukup sempit. Bagaimana cara mereka untuk beradaptasi dengan bahasa juga menjadi salah satu struggle yang paling dirasa saat menginjakkan kaki di Turki. Mayoritas warga Turki tidak mengerti secara fasih bahasa Inggris. Sehingga, mereka pun mau tidak mau juga ikut terdorong mempelajari bahasa Turki. Tak hanya perihal bahasa, cuaca pun ikut menjadi struggle yang paling dirasa. Cuaca yang berbeda dengan keadaan di Indonesia, membuat Syifa dan teman-teman harus menyocokkan pakaian apa yang harus dipakai pada hari itu dengan menyesuaikan cuaca.

International Credit Transfer tak hanya memberikan pengalaman luar biasa terkait relasi dan juga mengembangkan kemampuan berbahasa Inggris, juga bisa memberikan insight baru terkait pembelajaran psikologi di negara lain, saling bertukar pandang mengenai budaya masing-masing, dan mempunyai cakupan yang lebih luas terkait pandangan mengenai suatu hal daripada sebelumnya. “there will always be the ways when you have dreams, selalu percaya segala sesuatu pasti akan ada waktunya jika menurut-Nya adalah waktu yang pas. ” ujar Syifa kepada seluruh teman-teman pembaca yang juga ingin memiliki kesempatan belajar di luar negeri. Ia juga menambahkan bahwa kita bisa mencoba untuk berani take a step forward, dan mengurangi pemikiran berlebih yang tidak bisa dikendalikan oleh akal pikir kita, selalu percaya kemampuan yang dimiliki diri sendiri, dan berdoa meminta yang terbaik oleh-Nya.

×